Gejala Hepatitis B sulit Terdeteksi
(Jakarta) – Hati – hati dengan penyakit hepatitis B, pasalnya penyakit ini tidak menunjukkan gejala seperti kena penyakit hepatitis B, maka tak heran apabila para penderitanya sama sekali tidak menyadari kalau dirinya telah menderita hepatitis B bahkan bila sudah dalam kondisi kronis sekalipun.
Contoh banyaknya pasien ditemukan tanpa gejala, dan banyak pasien yang diobati malah tak sadar bahwa dirinya sudah sakit, tentunya ini tidak berlaku bagi pasien yang sering chek up setiap tahun, tentunya kemungkinan untuk menjadi kronis tentu bisa dikurangi.
Demikian juga penderita hepatitis B, penyakit ini sulit untuk tentukan gejala-gejalanya, namun hal ini bisa terdeteksi berdasarkan hasil pemeriksaan darah di labotarium. sementara gejala penyakit hepatitis yang mungkin hadir walaupun tidak sering muncul yaitu seperti kelelahan, penurunan napsu makan, demam, diare, perubahan warna urin dan feses, mata dan warna kulit yang tampak menguning.
Seseorang akan dinyatakan positif mengalami hepatitis B oleh dokter bila telah menjalani serangkaian pemeriksaan secara klinis di laboratorium.
Dokter biasanya akan mempertimbangkan sejumlah indikator seperti HBsAg positif (antigen yang menandakan adanya infeksi) atau kenaikan enzim hati (SGOT dan SGPT).Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan nanti, kemudian dokter akan menentukan apakah infeksi ini perlu diobati atau tidak. Sebagai contoh, tidak semua yang memiliki HBsAg positif akan diobati karena harus dilihat dulu dari kelompok mana dan harus dilihat faktor lain yang menyebabkannya.
Sementara itu, seseorang akan dinyatakan mengidap hepatisis B kronik bila ia sudah menderita atau mengidap infeksi selama lebih dari enam bulan. Diagnosa juga didasarkan pada adanya HBV DNA (indikasi replikasi virus aktif) dalam serum, kenaikan enzim hati, bukti histologis serta hasil USG yang menunjukkan proses peradangan hati.
Saat ini, pengobatan hepatiitis B tersedia dalam bentuk oral dan injeksi. Untuk pengobatan oral, pasien sepanjang hidupnya harus meminum obat yang mengganggu kemampuan virus untuk bereplikasi dan menginfeksi sel-sel hati lebih banyak lagi. Di Indonesia, tersedia 4 jenis obat oral yang mendapat lisensi FDA, yakni Entecavir, Lamivudine, Adefovir dan Telbivudine. Sedangkan melalui injeksi, pasien akan diberi interferon atau senyawa sistesis yang menyerupai zat yang dihasilkan tubuh untuk mengatasi infeksi.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Layan Antar
Senin, 30 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar